The Thief
Nathan berlari secepat kilat segera setelah alarm museum memekik keras. Dia bergegas menuju pintu samping museum dan melompat pagar tinggi didepannya. Dia terus berlari menyusuri jalanan malam New York. Dibelakangnya derap langkah beberapa orang berusaha mengejarnya. Sirine mobil polisi meraung-raung sepanjang jalan raya, membuat setiap orang panik dan bertanya apa yang telah terjadi.
Sosok Nathan berbelok ke sebuah gang sempit dan mulai memanjat tangga darurat sebuah apartemen. Para polisi bergegas turun dari mobil dengan pistol ditangannya masing-masing. Mereka mencari Nathan kemana-mana dan tak bisa menemukannya. Tak ada sosoknya di tempat itu.
Polisi-polisi itu putus asa dan kembali ke mobil yang masih meraung-raung dengan wajah kesal. Salah seorang dari mereka menghubungi markas.
“The thief escaped.”
“Roger.”
Para polisi akhirnya memutuskan pergi dari area itu setelah mencari-cari tanpa hasil. Dari balik sebuah jendela apartemen, Nathan mengumpat jengkel, “Fucking police.”
“Who are you?”
Suara seorang perempuan terdengar menegur Nathan yang masih berjongkok di samping sofa. Nathan terlonjak dan melihat seorang gadis berdiri didepannya dengan piyama bermotif Mickey Mouse.
“Who are you?” tanya gadis itu untuk yang kedua kali. Nathan ternganga sepersekian detik sebelum dia menjawab, “A guest.”
Gadis itu mengernyit dan memakai jubah kamarnya yang tergantung di balik pintu. “What guest?” tanyanya kemudian. Nathan terdiam sesaat.
“I think the time is not good, I’ll come later.” ujar Nathan kemudian melesat keluar dari apartemen itu.
“Wait...”
Klek...pintu tertutup dan Nathan sudah menghilang. Gadis itu hanya berdiri diam sambil menatap pintu apartemennya.
“Freaky guy.”
Nathan mengeluarkan kunci kamar hotelnya terburu-terburu kemudian masuk dan menguncinya kembali. Nathan meletakkan tas punggungnya dengan hati-hati di tempat tidur. Mengeluarkan isinya dan menelepon sebuah nomor.
“I got it...”
“OK.”
Nathan meletakkan ponselnya di meja sebelahnya setelah mengamati sebuah alamat yang baru saja dia tulis di secarik kertas.
Ann terbangun mendengar suara fax di meja kerjanya. Dia tertidur di meja lagi malam ini, diliriknya sekilas komputernya yang masih menyala. Tangannya menggapai kertas fax yang baru saja dia terima. Ann membacanya sebentar lalu meremasnya dan melemparnya ke tempat sampah.
Tiba-tiba ponselnya berdering dan memaksa Ann melangkah ke tempat tidurnya. “Yes...” jawab Ann mengantuk, tetapi sedetik kemudian kantuknya hilang dan dia terdiam mendengarkan lawan bicaranya. Lama dia terdiam dan kemudian mengangguk.
“Okay, I’ll be there.”
Ann meletakkan ponselnya dan mulai mengepak barang-barangnya ke dalam koper. Dia menyambar kunci mobil dan ponselnya lalu bergegas turun. Dia masuk kemobilnya kemudian pergi ke sebuah tempat.
Nathan memarkir sedan hitamnya didepan sebuah hotel berarsitektur Prancis yang sangat megah, menurutnya. Nathan keluar dari mobil dan melihat dua sedan silver yang sudah sangat dikenalnya. Nathan menarik nafas sebelum membuka pintu hotel tersebut.
Diliriknya sekeliling, semua orang memakai pakaian resmi, termasuk tiga orang yang sudah menunggunya di sebuah kamar hotel yang selalu berpakaian resmi. Terlihat rapi memang, tapi terkesan kaku. Nathan sendiri dengan celana jeans dan mantelnya melangkah ke kamr 307 tersebut penuh percaya diri. Dia tidak pernah suka pada tuxedo dan jas.
“Here you come...” sapa seorang lelaki begitu Nathan membuka pintu kamar. Nathan hanya mengangguk dan langsung duduk tanpa dipersilakan.
“Where is my dollar?” tanya Nathan setelah dia duduk. Dia meletakkan tas punggungnya di sebelahnya. Lelaki didepannya hanya tersenyum. Dia memberi isyarat pada orang dibelakangnya untuk mengambil sebuah koper.
“Now give it to me.” ucap lelaki itu seraya membuka kopernya dan menyerahkan koper itu pada Nathan. Nathan melirik sekilas tumpukan uang didepannya. Melihat Nathan diam, lelaki itu menghela nafas.
“Come on, Nate...give it to me.”
“Don’t call me Nate. Where is she?” ucap Nathan serak. Matanya nanar menatap lelaki dihadapannya tersebut. Lagi-lagi lelaki itu tersenyum.
“She is fine. Joe, tell him what should he does then.” ujar lelaki itu tenang seraya bangkit dari tempat duduknya dan mengambil sebuah patung kuda dari tangan Nathan kemudian berlalu ke dalam.
Nathan memandang punggung lelaki itu dengan tatapan setajam belati. Matanya panas. Joe mendekatinya dan membisikkan sebuah nama ditelingnya. “Ambil semua isi brankasnya, dan kau akan mendapatkan lima juta dolar dari itu.” kata Joe seraya memberikan koper berisi uang itu pada Nathan.
Nathan mengambil koper itu kasar lalu memasukkannya ke dalam tas punggungnya dan pergi dari tempat itu secepat mungkin. Nathan menginjak gas mobilnya kuat-kuat dan melesat ke sebuah tempat. Las Vegas.
Labels: dark lonely
3 Comments:
Udah gw clarifikasi beh..
Puas..
Maybe tampang lo jahat x..
Mpe dy nyangka gt..
Tp perasaan fari g nyebut lo t'sangkana wis..
Bout ur posting..
Jd bwt cerita dngn tokoh b'nama nate..
Bgs owg..
Kereaktip..
Cgagagagaga..
Gw suka ending bwt 'episode' ni..
Vegas..
ni cerita apa'an?????
Ni khayalan lu yee...
God,,,I'm so Proud of you fugly bitch.....
w blom ngebaca sc,,,tp w tau klo khayalan lu patut diacungi jari tengah....Hah84X....
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home